Merancang bangunan yang kokoh harus dimulai dengan pondasi yang kokoh pula. Setelah pondasi dianggap kokoh, barulah kita dapat merancang tembok yang kokoh. Untuk mendapatkan tembok yang kokoh namun tetap ramah di kantong, orang-orang biasa memilih menggunakan batu bata. Batu bata dipercaya akan membangun bangunan yang kokoh tanpa perlu mengeluarkan biaya lebih untuk tembok berbahan dasar kayu mahoni.
Namun, baru-baru ini ilmuwan telah menemukan inovasi terbaru dalam bahan dasar bangunan ini. Dengan inovasi tersebut, tak hanya membuat konstruksi yang kokoh, namun dapat memberikan lebih dari sekedar bahan bangunan. Yap, inovasi tersebut dinamakan Energy-Storing Brick (Bata Penyimpan Energi). Jadi, apa sih Energy-Storing Brick ini? Dan bagaimana fungsi serta kegunaannya? Ayo kita simak bersama!
Apa Itu Energy-Storing Brick?
Energy-Storing Brick merupakan inovasi terbaru dalam batu bata. Sesuai dengan namanya, Energy-Storing Brick adalah batu bata yang dapat menyimpan energi listrik di dalamnya. Para ilmuwan telah menemukan teknologi yang dapat dikombinasikan di dalam batu bata sehingga batu bata tersebut mampu menyerap dan menyimpan energi. Teknologi tersebut mampu meningkatkan fungsi batu bata dari sekedar bahan bangunan menjadi sekaligus perangkat penyimpanan energi. Teknologi itu disebut superkapasitor.
Superkapasitor melibatkan lapisan konduktor, yang dikenal sebagai Pedot, ke sampel batu bata, yang kemudian merembes melalui struktur berpori batu bata yang dibakar, mengubahnya menjadi "elektroda penyimpan energi". Ilmuwan menyebut nama lain dari Energy-Storing Brick adalah Smart Brick atau Bata Pintar. Umumnya, batu bata yang digunakan sebagai Smart Brick adalah bata merah. Hal ini karena bata merah memiliki iron oxide. Iron oxide merupakan pigmen merah pada batu bata yang akan membantu proses penyimpanan energi tersebut.
Mengapa Bata Dapat Menyimpan Energi?
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, struktur berpori batu bata ternyata bagus untuk menyimpan energi karena pori-pori tersebut menyediakan area bata yang lebih besar daripada yang dimiliki bahan padat. Oleh karena itu semakin besar area tersebut semakin banyak listrik yang akan ditampung oleh bahan superkapasitor. Batu bata berwarna merah karena tanah liatnya yang mengandung senyawa kimia besi, lebih tinggi disebut karat, yang juga diperlukan untuk menyimpan energi.
Bagaimana Cara Kerja Energy-Storing Brick?
Pertama-tama, energi yang telah didapatkan dari berbagai sumber (contohnya energi listrik dari panel surya) akan dikirim menuju Smart Brick. Selanjutnya, Smart Brick yang dilapisi dengan polimer reaktif akan membuatnya konduktif dan mampu menerima energi listrik. Setelahnya, teknologi superkapasitor Smart Brick akan menggunakan setiap pixel pori batu bata dan iron oxide untuk menyimpan energi tersebut. Energi yang disimpan dalam batu bata dapat digunakan untuk memberi tenaga pada perangkat listrik. Tentunya dialirkan menggunakan wiring khusus.
Inovasi tersebut tentunya dapat mempermudah kehidupan kita soal penggunaan energi. Dengan meningkatnya kebutuhan suplai listrik namun kurangnya tempat untuk menyimpan energinya, akan membuat penemuan ini sangat bermanfaat sekali. Menjadikan batu bata lebih dari sekedar bahan konstruksi, bekerja sama persis seperti konsep baterai pada umumnya.
image sources from unsplash and google
content sources from sciencefocus, opengrowth, and thehavok
Comments
Post a Comment